AE92 1990 EDM

Corolla Liftback GLi 1.6 AE92 1990 EDM

Ae92

Toyota Corolla Twincam.

Ae92

Sprinter

Ae92

Toyota Levin

Ae92

Toyota Levin

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : Arlo

Kamis, 04 Juni 2015

Toyota Corolla Twincam Kelemahan dan Kelebihannya



Mobil Toyota Corolla Twincam sering kali menjadi pilihan para pengguna mobil untuk mengisi garasinya untuk yang pertama kali. Selain harga mobil yang masih terjangkau oleh kantong kawula muda, model untuk mobil Corolla Twincam juga tidak lekang oleh waktu alias body mobil masih tetap terlihat kekar dan enak dipandang oleh mata hingga saat ini.

Toyota Corolla Twincam 

Sebelum mengenal lebih jauh tentang Toyota Corolla Twincam, kita akan membahas mobil Corolla Twincam yang beredar di Indonesia :
  • 1. Corolla SE atau biasa disebut dengan twincam SE ataupun twincam banci, dengan menggunakan mesin seri E yang sama seperti Toyota starlet ( mesin 2E SOHC carburator)
  • 2. Corolla SE Limited dan biasa disebut dengan twincam (secara umum) memakai mesin 4AF, mesin DOHC, narrow angle valve (headnya tidak lebar) atau paling mudahnya di head mesin bagian atas tidak ada tulisan twincam, Cuma terdapat tulisan toyota 16V Carburrated
  • 3. Corolla GTi atau biasa disebut dengan Corolla Twincam GTi sudah menggunakan memakai mesin DOHC wide angle valve (headnya lebar) dan ciri termudah adanya tulisan twincam 16V di head serta menggunakan mesin 4AGE (fuel injeksi) dan barang yang paling diburu oleh hampir semua varian adalah strut bar original pada Twincam GTi

Perbedaan Corolla Twincam yang beredar di Indonesia

Corolla Twincam atau biasa disebut juga Twinnie ( merupakan panggilan kesayangan dari para pengguna Corolla Twincam) mulai diproduksi untuk massal pada tahun 1988. Setiap tahun keluaran Toyota Corolla Twincam sendiri memiliki perbedaan masing-masing. Pada generasai awal, mobil ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu bumper depan yang lebih banyak sirip-siripnya dan di bagian bawah bumper mobil tersebut terdapat lubang kotak untuk lubang hawa perangkat rem.

Mobil Corolla Twincam tahun 1989 sudah terdapat lampu sen di bumper depannya. Kotak hawa untuk bumper yang ada pada Corolla Twincam 1988 sudah dihilangkan. Sedangkan pada stop lamp masih seperti generasi awal yaitu kuning putih ( untuk sein dan lampu mundur), hanya saja pada Twinnie tahun ini sudah ditambahkan ornamen lampu pada plat nomor belakang.

Pada generasi Corolla Twincam tahun 1990-1992 hampir tidak ada perbedaan berarti kecuali lampu sein yang ada pada bumper yang mengalami perubahan dimensi. Pada tahun ini, Corolla Twincam menambah variannya dengan menggunakan sistem injeksi dan diberi nama Corolla Twincam GTi.  Masih menggunakan mesin 4A-GE yang sampai saat ini masih memegang pamor sebagai salah satu mesin kencang untuk pabrikan Toyota. Pada Corolla Twincam GTi  sudah mengadopsi sistem rem cakram untuk semua bagian, baik roda depan maupun roda belakang. Indikator yang terdapat pada mobil ini juga sudah lebih lengkap dan jok semi bucket yang siap ‘memegang’ tubuh. Corolla Twincam GTi merupakan awal cikal bakal untuk menyempurnakan varian corolla sesudahnya, yaitu Toyota Great Corolla

Permasalahan Corolla Twincam

1. Bagian Kaki-Kaki

Karena usia mobil yang sudah berumur 20 tahun lebih maka sektor kaki-kaki adalah bagian yang paling sering mengalami kerusakan dan memerlukan penggantian. Untuk Corolla Twincam hampir tidak mengalami kesulitan berarti untuk mencari spare part kaki-kaki tetapi untuk Varian Corolla Twincam GTi agak sulit untuk mencari kelengkapan kaki-kaki bagian belakang yang memang berbeda sendiri. 

2. Karburator

Hampir semua mesin karburator pasti mengalami masalah untuk bagian yang satu ini. Karburator memang mempunyai peran vital yang mengatur 'lari' nya sebuah mobil. Spare part Toyota satu ini yang mengatur tingkat keiritan sebuah mobil dan enak atau tidak enaknya mobil tersebut untuk lari. Sayangnya Spare part Toyota yang satu ini sudah tidak diproduksi kembali sehingga meskipun kita memiliki uang tetapi belum tentu mudah untuk mendapatkan karburator baru untuk corolla Twincam

3.Elektrikal

Sebagai mobil yang sudah tergolong tua, banyak sekali permasalahan yang ditemui pada corolla twincam adalah masalah kabel yang sudah semerawut dan banyak jumper di sana-sini, memang agak susah untuk mencari soket-soket ataupun kabel bodi satu geludung untuk mobil ini. Solusi yang paling memungkinkan adalah mengganti kabel bodi secara keseluruhan dengan cara manual dan bisa menghabiskan waktu hingga 3 bulan.

Harga Mobil Bekas : Toyota Corolla Twincam 2013 



No.
Model Mobil
Tahun
Harga (Rp.)
1
Corolla Twincam 1.6 Gti
1990
55.000.000
2
Corolla Twincam 1.6 Gti
1991
65.000.000
3
Corolla Twincam 1.6 Gti
1992
75.000.000
4
Corolla TwinCam 1.6 SE
1988
45.000.000
5
Corolla TwinCam 1.6 SE
1989
50.000.000
6
Corolla TwinCam 1.6 SE
1990
55.000.000
7
Corolla TwinCam 1.3 SE
1988
45.000.000
8
Corolla TwinCam 1.3 SE
1989
48.000.000
9
Corolla TwinCam 1.3 SE
1990
52.000.000


Toyota Twin Cam SE 1600cc, meski tahun 90an namun modlenya masih manteb gan, spare art gampang, service gampang dan larinya lumayan serta mesinnya bandel. Untuk harga bisa dibilang stabil, tak terlalu mahal juga tak terlalu murah. Setidaknya mobil ini cocoklah bagi agan sekalian yang masih muda dan baru bisa merasakan makan duit sendiri, hehe. Untuk dijadikan mobil pertamaa nampaknya cocok karena memang tidak ribet. Okeh kita bahas mengenai kekurang dan kelebihannya, posisinya dibanding kompatitor, apa kata user, serta kisaran harganya.

1. Kelebiahan
  • tarikan  kenceng,  mesin bandel, sparepart murah
  • Model paling bagus, udah kapsul padahal tahun jebot an.
  • Mesin paling bagus, 94 hp, dohc. Tune-up ga perlu nyetel apa2, cuma perlu bersihin busi. Duel kebut2an lawan LX apalagi esteem, ya pasti menang kecuali supirnya dodol. Speedometernya aja sampe 200 km/jam. Kalo kondisi bagus mampu lah lawan mobil2 1500 cc keluaran baru.
  • Interior  modern, dashboard udah bulet, bandingin langsung aja deh dengna interior LX maupun esteem. Nampaknya cuma twincam yang punya konsol dengan laci tertutup ditengah kayak punya sedan2 menengah ke atas.
  • Kenyamanan, menang juga, yang paling empuk.
  • sparepart paling gampang, karena bisa tuker2an dengan mobil lain yang populasinya banyak di jalanan, greco, all new corolla dan soluna
2. Kekurangan
  • Kekurangan ya PS namanya ud agak umur ya mungkin bocor seal nya PS. wajar
  • Kaki kaki agak lemah…tapi ganti cukup murah
  • Ada yang bilang agak boros, kalo sama2 standar, twincam disinyalir yang paling boros bensin dibanding LX dan esteem
3. Komparasi dengan kompatitor
  • Dari segi kenyamanan Corolla TwinCam lebih baik, ruang kaki buat penumpang belakang lebih longgar dan ruang kepala bagi seluruh penumpang juga lebih lega dibandingkan Civic LX yang rendah.
  • Kalo mesinnya, dengan jumlah cam ganda, jelas Corolla lebih bertenaga, tapi karburator perlu perhatian lebih karena setelannya mudah berubah kalau tersumbat kotoran dan kalau sering berakselerasi ekstrim, efeknya jadi suka pincang & boros. Makanya, generasi berikutnya (Great) sudah pakai EFI yang lebih handal dan irit melihat kelemahan TwinCam karbu. Kalau karbu Civic lebih bandel.
  • Kalo kaki-kaki, Corolla TwinCam lebih tangguh. Model Corolla TwinCam juga lebih “abadi” dibanding Civic LX yang masih mengotak dan dengan postur yang “rendah”. Bandingkan dengan sedan-sedan CC kecil sekarang yang ukurannya pada bongsor-bongsor.
  • Untuk reliability saya rekomendasikan Corolla Twin Cam. Untuk akselerasi saya sarankan Grand Civic. Tinggal pilih yang mana yang lebih disukai. Awet dan bandel atau performa jalanan (street performance). Yang penting untuk kendaraan itu adalah bagaimana kamu merawatnya. Semuanya akan baik2 saja kalo perawatannya benar dan sesuai anjuran.
  • Corolla Twin cam ’91 lebih bandel daripada Civic LX ’91, kaki-kaki Civic cepat lemah.
4. Apa kata user?

Nah dari dialog di sini James Bons peroleh statmen user sebagai berikut:
Kebetulan saya pemakai Corona Twincam 1990 1600cc (4A-F, carburator), kesannya sih spare-part murah & mudah dicari, tapi mesin pas2-an torsi loyo utk ukuran sebuah Corona krn itu bisa dibilang boros 1:6 – 1:7 utk kondisi yg full macet, kalo luar kota/tol sih bisa 1:8 asal nggak gas-pol ajah. Mesin 1600 ini bagusnya lumayan bandel . . gue sendiri blom pernah turun mesin, pernah turun mesih setengah krn kena overheat . . . skrg sih ordometer menunjukkan 355,000 km . . . so far so good lah. Cuman memang denger2 sih yg 1600cc kalo udah berumur suka bermasalah di karburatornya, tmsk gue yg udah  ganti karburator limbah. Kalo yg Corona Twincam EFI 2000cc sih jelas lebih enak krn torsi mumpuni walopun tidak selincah & segalak Corolla twincam, tapi scr keseluruhan mesinnya biasa2 aja. Mesin 2000cc (3S-FE) yg udah tua rentan punya penyakit oli rembes krn posisi mesin yg miring, selain itu semua line Corona Twincam & Absolute punya penyakit turunan yaitu power steering rembes or bocor, yg ini memang penyakit tipikalnya Corona. Selain itu Corona Twincam 2000cc pake speedo digital yg bila rusak cukup mahal biayanya, selain itu juga PCD baut limanya tmsk susah nyari pelek after-marketnya krn nggak pasaran (kecuali yg 1600cc PCDnya 100 – empat baut).
Menurut gue Corona Absolute lebih lembut suspensinya dibanding yg versi Twincam, Absolute GX (1600cc – 4A-FE) bisa jadi pilihan ekonomis krn mesin sudah injeksi, mesin sama dgn Greco (Great Corolla), bensin lebih irit dibanding yg 2000cc.
Saran utk engine swap: bisa pake 3S-GE (2000cc NonTurbo), 3S-GTE (2000cc Turbo) & 7A-FE (1800cc). Utk pilihan ekonomis mending pake 7A-FE (mesinnya All New Corolla), krn basic mesin sama dgn 4A-FE tapi dgn cc lebih besar dan torsi puncak yg dicapai pada rpm yg lebih rendah, sehingga masih mumpuni utk menghela Corona di kemacetan dan relatif irit serta spare-part sgt mudah. Mesin 3S-GE bisa buat alternatif performa non-turbo yg spare-partnya sgt mirip dgn 3S-FE shg cukup gampang perawatannya, tapi ini mesin high compression yg butuh oktan tinggi.
5. Berapa harga Rondonya?
  • 87-88 : 38 Jutaan
  • 89-90 : 40 jutaan
  • 91-92 : 45 jutaan

Rabu, 03 Juni 2015

Toyota Corolla Liftback, Hasil Tukar Guling

Mengincar besutan dream car back to 90s bisa lewat pengalaman tak terduga. Hal ini dialami Ardi Sugiarto yang belum lama rampung dengan proyek Suzuki Amenity 2 pintu alias coupe.
Belum juga puas mengelus Amenity coupe berkelir putih yang masih kinyis-kinyis, Ardi dihadapkan pilihan dilematis. Apalagi kalau bukan tawaran besutan dream car BT90s lain yang tak kalah menggoda.
 
ASLI MATIK

Amenity saya ditaksir anak Bandung yang kebetulan masih menyimpan Toyota Corolla Liftback, kenangnya. Setelah berembuk cukup alot, diputuskan untuk tukar guling antara Amenity dan Liftback.
Ada beberapa point yang membuat Ardi kesengsem dengan Liftback berlabel Sprinter ini. Pertama adalah varian yang terbilang langka karena terlahir dengan transmisi matik.
 
Pertimbangan kedua, Corolla Liftback versi built-up ini ternyata sudah mengusung pernik aksesori dan kelengkapan yang banyak berbeda dengan versi lokal.
Proses transaksi pun terbilang unik. Ardi yang sebelumnya tak pernah kenal dengan pemilik Liftback asal Bandung ini, memilih meeting point alias lokasi kopdar di sekitar gedung perkantoran Nestle di Pasar Minggu.

Setelah BBM-an secara intensif, akhirnya keduanya bertemu. Setelah saling berkenalan, dilanjutkan dengan cek fisik masing-masing mobil. Kesepakatn pun diraih. Hanya dalam waktu 1 jam, keduanya membawa mobil anyar setelah berukar guling.

Sempat terpikir, apakah keputusan yang diambil karyawan Mabua Harley-Davidson ini sudah tepat, mengingat kondisi Liftback yang masih setengah bahan. Sementara besutannya terbilang siap pakai.
Namun Ardi ogah pusing. Segera mainan baru yang terbilang langka ini dimasukkan ke bengkel

cat
. Apalagi kalau bukan di
cat
ulang dengan sistem oven.
Interiornya yang terlahir dengan warna biru, membuatnya mengambil keputusan untuk menyiram bodi dengan warna biru pula. Aksen blue on blue biar makin built-up, sahutnya. Pilihan warna jatuh ke biru gelap tanpa efek metalik
 
Sambil menunggu pekerjaan bodi selesai di bengkel O Menos, Ardi mulai bergerilya untuk melengkapi pernik-pernik yang belum ada. Bahkan pelek anyar dengan kondisi special order pun segera dipesan ke Rota Wheels.
Untuk pelek juga unik karena saya pesan yang belum ada lubang bautnya alias ngeblank, kelakar Ardi. Satu set Rota Wheels tipe Sleep Stream berkelir abu-abu tua lantas dilubangi ke tukang bubut sesuai PCD mobil berukuran 100.
Dibilang special order karena untuk ukuran 15 inci, pelek ukuran depan dan belakang memiliki offset dan lebar berbeda. Kondisi yang lazim pada pelek berukuran 17 inci ke atas.
Pelek depan berukuran 15×7 inci dengan offset 25 sementara belakang berukuran 15×8 inci dengan offset 30. Ardi lantas mengkombinasi pelek dengan ban Accelera Alpha 195/55-R15 untuk keempat pelek.
Pelek belakang yang mencapai 8 inci menjadikan ban sedikit ‘narik’ alias nge-donut sehingga ban belakang terlihat pas bersanding dengan bibir sepatbor. Jarang-jarang mobil Jepang seperti Corolla bisa dijejali dengan pelek 8 inci tanpa ngesrot, bisiknya.
Kaki-kaki pun akhirnya ikut dibenahi agar tongkrongan mobil enak dilihat. Per keong orisinal diganti dengan versi custom alias mencari kesamaan yang berukuran mirip namun lebih keras dan sedikit lebih ceper.
Sebagai teman di kolong sepatbor, sokbreker gas Kayaba Excel ‘G’ yang masih buatan Jepang mendukung kinerja keempat per keong. Lebih stiff tetapi masih enak kok buat harian, papar pria bertubuh germpal ini

Eksterior makin ‘komplet pake telur’ setelah pernik-pernik bernuansa JDM (Japanese Domestik Market) berdatangan ke bengkel. Kebetulan adik saya pilot dengan rute Jakarta-Malaysia, jadi makin gampang dapat barang di limbah Malaysia, bisiknya.
Tetapi Ardi tak ingin mobil hanya cakep di luar saja. Interior juga dibenahi dengan seabrek aksesori JDM yang tak ditemukan pada Corolla Liftback versi lokal.
Sebut saja seperti cluster spidometer khas Corolla GTi yang dilengkapi dengan penanda posisi transmisi versi matik. Ada lagi lampu door trim yang menyala saat pintu terbuka.
Bakal makin betah selama cruising di jalanan ibukota setelah Ardi menanamkan headunit double din Pioneer dan seperangkat aktif speakers merek Diamond.
Tetapi ini sebenarnya sebatas intermezzo saja karena Ardi prefer suara mesin dan knalpot menggelegar ketimbang alunan musik. Itu sebabnya mesin digarap serius dengan rumus balancing, porting dan polishing, lengkap dengan exhaust header berkonfigurasi custom 4-2-1 serta muffler free flow stainless steel.
Jangan kepincut mobil lain ya, Bro! (mobil.otomotifnet.com)

Data Spesifikasi
Interior:

- Standart (Blue Colour)/(Blue On Blue)
- Pioneer double din
- Speaker Diamond
- Spedoometer GTI OEM AE92
(Automatic Transmision Version)
- Door Trim Lamp
Eksterior:
- Solid Dark Blue Colour
- Bemper depan
(fog lamp on head lamp, signal lamp)
- AE92 Sprinter Grill with Emblem C***
- AE92 Sprinter Rear Garnish
- AE92 Signal Lamp
- AE92 Lips
- AE92 Side Skirt
- AE92 Retract Mirror (spion retract)
- Rear Pad (pad kaca belakang)
- Power Window (versi lokal masih engkol)
- Central Lock (versi lokal blom Central Lock)
Mesin:
- Stock Engine 4A-FE 1.600cc
(Over Haul, Engine Balance, Porting)
- Automatic Transmision
- Custom Header 4-2-1
- Custom Stainless Exhaust System
Kaki-kaki:
- Rota Slipstream, Grey Colour, 15×7 (depan),
15×8 (belakang)
- Ban Accelera Alpha 195/55/15
- Shockbreaker Kayaba EXCEL G Japan
- Custom coil spring

Toyota Corolla Twin Cam AE92 1990, Simpanan Pak Dosen

Mengincar sebuah dream car yang sudah lama didambakan terkadang butuh kesabaran tinggi. Apalagi kalau mobil impian tergolong BT90s yang masih dalam kondisi apik alias full orisinal.

Hal ini dialami Artura dari R-kups Garage di Bandung, Jawa Barat. Keinginan untuk memiliki Toyota Corolla Twin Cam berkode AE92 sudah ada cukup lama di benak Artura.
 
Namun, begitu sudah mendapat gambaran mobil yang diinginkan, Artura tak bisa langsung menebusnya. Sebab, pemilik lama yang seorang dosen ini kurang transparan dalam niatan menjual.

Ketika ditanya apakah mobil mau dijual, sang dosen hanya menjawab, “Bisa iya, tetapi bisa juga tidak.” Jawaban yang sempat membuat Artura tak bisa tidur karena mobil yang sudah sreg di hati ini, tak bisa langsung dibayar.


Seakan menyisakan teka-teki, Artura tak cepat putus asa. Tanpa bosan, pria bertubuh langsing ini 'merayu' sang dosen. Setelah proses merayu berjalan sebulan, akhirnya Artura bisa berlega hati karena akhirnya pemilik rela melepaskan mobil kesayangannya.

Bukannya apa-apa, kondisi mobil yang masih perjaka ting-ting ini memang terbilang istimewa. Angka di odometer tersirat 70 ribu Km yang artinya mobil jarang dipakai.

Bisa dibayangkan kondisinya yang tak jauh berbeda dengan kondisi anyar pada 1990. “Padahal itu cerita 4 tahun yang lalu,” kenang Artura. Artinya selama 18 tahun kondisi mobil tak banyak berubah.

Bukan kepalang senangnya pria berkaca mata minus ini saat bisa membawa pulang Corolla Twin Cam full orisinal milik pak dosen. Sesampai di rumah pun, tak ada habisnya Artura mengelilingi mobil dan memperhatikan segenap detil yang ada di mobil.

Dasar doyan ngoprek, Artura tak rela bila mobil standar ini  terus-terusan bergaya ala pak dosen. “Harus ada sesuatu yang membedakan dan sifatnya tidak pasaran,” cetusnya bersemangat.

Tetapi Artura tak mau ubahan yang esktrem pada kaki-kaki, ubah bodi apalagi oprek mesin. Menurutnya gaya seperti itu sudah lewat.  Sekarang zamannya JDM look alias tampilan bergaya Japanese Domestic Market.

Konsepnya jelas, meski tantangannya juga tak mudah karena harus mengumpulkan barang-barangnya satu persatu, tetapi tampilan mobil bisa sama sekali beda. “Harus nutur dan selektif dalam memilih pernik-pernik versi Jepang biar mobil kelihatan bagus,” jelas Artura.

Mulai dari apron, buritan hingga interior dibuat lengkap AE92 versi Jepang. Dan Artura tak menutup kemungkinan untuk memadu antara pernik sedan saloon, station wagon maupun varian GT alias sport. “Selama masih berbau JDM, bungkus dah!” kelakarnya.

Tak heran bila melihat secara sekelebat saja, bisa dipastikan ada yang unik pada tampilan detil eksterior dan interior Corolla Twin Cam miliknya.

Utamanya pada bagian muka. Headlamp asli versi sedan saloon lokal sudah berganti dengan Corolla AE92 Sprinter untuk varian station wagon. 
Begitu juga dengan bumper depan yang sudah dilengkapi tempat untuk fog lamp. Makin terlihat unik lantaran lampu kabut kuning yang menempel di bumper bukan model tanam seperti lazimnya fog lamp zaman sekarang.

Makin spesial saat melongok kedua cermin pengintip alias spion model tanduk yang sebenarnya sudah tak musim di era '90-an. Namun Artura keukeuh memasang sepasang spion tadi lantaran di Jepang memang ada varian Corolla station wagon AE92 yang memakai fender mirror  sebagai perangkat orisinal pabrik.

Pindah ke belakang, terlihat pula lampu belakang alias stop lamp yang lain daripada yang lain. Kali ini ia sedikit keluar dari pakem lantaran stop lamp yang dipakai sebenarnya berasal dari Australia.

Menurutnya, General Motors Australia alias Holden pernah membeli model Corolla AE92 yang kemudian di-rebranding dengan nama Holden Nova. Nah, stop lamp Holden Nova yang dicomot sebagai pengganti lampu belakang orisinalnya.

Kalau sudah puas memandang eksterior AE92 berkelir biru metalik ini, bisa longok ke dalam kabin. Ternyata tak kalah lengkapnya dengan bagian luar.

Artura rela berburu pernik interior hingga ke detil yang paling kecil agar aura JDM-nya terasa kental. Terlepas dari jok Recaro LX bersandaran kepala model senar dan setir Recaro berteknologi quick release, silakan intip panel dasbor, center console hingga tombol-tombol AC.

Semuanya tak lazim untuk kelengkapan Corolla Twin Cam standar pasar Indonesia. Center console yang sekaligus arm rest dan laci multiguna bisa jadi contoh. Versi lokal tak dilengkapi arm rest

Modif Toyota Corolla Twincam SE, Pembantaian Fender


Awalnya, Doddy Herlianto tidak ingin modifikasi yang aneh-aneh pada Corolla miliknya. Namun pandangan tersebut berubah total ketika bertemu dan bersahabat dengan Respati Adhi atau kerap disapa Adhi KZ, seorang pionir agresif fitment yang memang gokil dalam urusan velg. Idiologi pun berubah dalam sekejap.

“Intinya sih, gue cuma pengen tahu, fendernya bisa dimasukkan sampai velg lebar berapa sih,” ucap Doddy, panggilan akrabnya. Sebelum memakai velg ini, ia sempat pakai Sparco NT 18x(8,5+9,5) inci.


“Masuk sih, tapi waktu itu fender sudah di-wide sekitar satu jari,” tambahnya. Kemudian datanglah tawaran velg dari seorang teman. “OZ Futura 17x(9+10) inci, offset 15 (depan) dan -15 (belakang), wah tadinya ragu-ragu mau ambil atau enggak,” ucap Doddy. Berkat racun yang kuat dari Adhi, Doddy pun nekat mengambil velg spek agresif tersebut

 Fitting pertama keluarnya jauh banget, sempat pesimis juga waktu itu,” ucap pria berpenampilan modis ini. Velg depan keluar tiga jari, sedangkan belakang empat jari. Namun dibantu teman-teman yang paham urusan fitment, berbagai trik pun dilakukan.


“Fender belakang digedor lagi, manual pakai palu karet sampai catnya pecah-pecah semua,” kenangnya. Ini dilakukan agar velg 10 inci punya ruang gerak ekstra. Lantas langkah berikutnya adalah pemakaian ban yang tepat.


Depan pakai Yokohama A Drive R1 205/40R17 dan terpasang tanpa masalah. Namun, “Velg belakang enggak mungkin dihajar ukuran segitu juga, jadi pakai 215/40R17,” terang pria ramah tersebut.

Sampai sini permasalahan belum selesai karena tapak ban masih di luar fender. Solusinya, “Mainkan camber negatif,” sela Doddy. Maka baut camber asli diganti dengan baut camber yang lebih kecil agar bisa dimainkan sudut kemiringannya. Depan yang aslinya ukuran 19 diganti dengan ukuran 17, sedangkan belakang yang aslinya 17 diganti 14.

Setelah melalui berbagai trial error, didapatlah sudut camber -2 derajat di depan dan -4,5 derajat di belakang. Enggak terlalu ekstrim tuh? “Masalah handling, gue pakai sejauh ini sih enggak masalah,” jawab pria yang gemar musik Indonesia ini.


Hasilnya, velg pun bisa masuk di dalam fender dan menimbulkan tongkrongan yang dahsyat. Nah, sekarang pertanyaan terakhir tapi sering dipertanyakan, gesrot enggak sob? “Ya pasti gesrotlah, enggak mungkin mepet fender enggak gesrot,” tutup Doddy

Aneka Pernik JDM

Banyak aksesori gokil di sekujur bodi Corolla generasi AE92 ini.  Sebut saja muka depan yang diganti dengan kepunyaan wagon face, dimana headlamp menjadi bentuk batok kotak. Untuk pemasangan, tinggal plug and play saja asalkan belinya satu set lengkap berikut grille-nya. “Ukuran gril-nya berbeda sedikit dengan gril standar, karena batok lampunya juga sedikit lebih besar,” terang pria perokok ini.

Ubahan berlanjut ke interior, ada perhatian yang menyita saya. spidometernya digital, sob! Wuah dipastikan ini barang sangat langka sekali. Apalagi kondisinya masih bekerja dengan baik. Menurut Doddy, “Ini spidometer bawaanCorolla GT di Jepang, kalau enggak salah varian terakhir GT.” Pemasangannya mudah karena dudukan sama persis.

Tapi Doddy terkendala karena belum mendapatkan sensor pelampung bensin buat spidometer digital. “Jadi indikator bensinnya belum berfungsi dengan baik,” ujar Doddy. Alhasil ia harus pintar menebak isi tangki bensin melalui skala konsumsi BBM-nya.

Modifikasi Toyota Corolla Twincam : Prajurit Sejati

Nama Respati Adhi atau biasa disapa Adhi KZ dalam dunia modifikasi hampir menjadi sumber inspirasi bagi para pemain bergaya Hellaflush dengan fitmen yang agresif. Melalui Toyota Corolla Twincam 1987 peninggalan sang ayah, Adhi KZ bereksperimen mengaplikasikan spesifikasi velg yang gokil abiss.

A True Warrior adalah ungkapan Adhi KZ terhadap mobil yang mulai digunakannya sejak tahun 1999. Seperti apakah prajurit sejati ini? "Konsepnya daily driven dengan aggresive fitment, jadi gue tertantang untuk mengaplikasi velg dengan spesifikasi yang agresif tanpa mengorbankan mayoritas fungsi kendaraan," tukas Adhi KZ.

Kejar Agressive Fitmen
Aggresive fitment adalah tujuan utama modifikasi yang dilakukan Adhi KZ. Efeknya, Toyota Corolla Twincam ini jadi padat berisi, ceper, ngangkang, illest dan yang pastinya tampil begitu berbeda. Untuk mencapainya, tentu tak begitu saja diperoleh. "Proses trial and error jelas berjalan sangat lama. Racikan saat ini diperoleh setelah melalui beberapa tahap, hingga ditemukan formula yang pas antara tampilan dan fungsi," ucap pria berambut plontos ini.

Rahasia ketampanan Toyota Corolla Twincam berkelir hitam ini adalah berkat perpaduan sejumlah perangkat yang pas. Velg Remotec di sisi kiri dan OZ Futura di sisi kanan, masing-masing berukuran 17x9 inci yang dibalut ban beukuran 205/40R17. Biar fitment semakin tepat, suspensi di-custom serta chamber dibikin -3 di depan dan -6 di belakang.

Velg Kanan-Kiri Beda, Antara Sensasi dan Musibah
Jika diperhatikan velg kiri dan kanan jelas tak sama, hal ini dilakukan Adhi KZ lantaran dia sempat mengalami musibah. "Awalnya diakibatkan oleh musibah, Remotec yang dipasang di bagian belakang kanan ditabrak oleh mobil yang dikendarai anak dibawah umur dalam kondisi mabuk hingga pecah," curhat pria yang gemar fotografi ini.

"Kebetulan masih nyimpen OZ Futura yang juga punya spec-nya identik dengan Remotec. Jadi selain sebagai solusi darurat agar mobil tetap bisa digunakan, tampilan mobil juga terlihat out of the box tanpa mengebiri sisi estetika," tambahnya.

Ubah Tampilan Sekaligus Kejar Kenyamanan
Recaro LS lansiran 1991 adalah jok yang dipilih Adhi KZ untuk Toyota Corolla Twincam-nya. "Joknya sangat ergonomis dan diproduksi di era yang sama dengan mobil itu sendiri. Jadi selain nyaman, konsep personalisasinya juga period correct," ungkapnya.

Untuk mempermanis tampilan baik eksterior maupun interior, Toyota Corolla Twincam miliknya ditambahkan OEM Parts mobil yang sama untuk pasar Jepang, Amerika maupun Australia. "Hal ini sebagai personalisasi yang menjadikan tampilan mobil relatif berbeda dengan mobil sejenis lainnya," ucapnya.

Data Modifikasi :
Kaki-kaki : Remotec by Aluline 17x9" ET +8 (Left), Futura By OZ 17x9" ET +15 (Right), Achilles ATR Sport 205/40R17, TRD race insterts, Shortened Housings, Cutted Springs, Energy Suspension Bump Stops, Dialling -3 Degree Chamber Up Front and -6 Degree Out Back.
Exterior : OEM Paintjob, OEM 2nd Gen Toyota Corona ST171 Chin Spoiler, USDM Side Turn Signal, USDM Corner Lights, USDM Side Marker, JDM Tail lights, JDM Grille, AUDM Side Mirror, Aeromagic Rear Wing, Custom Headlamp Washer.
Interior : Recaro LS '91 Seats w/ Original Trimming, Recaro Railing, Nardi Deep Corn Steering Wheel (350mm), TRD Shiftknob, Valeo Third Brake Lamp, Single Din Replacement Pocket.
Engine : Stock 2E 1.3L SOHC 12 valve, 0.50 mm Oversized Piston, Ported and Polished Intake And Exhaust Chamber, Balanced Crankshaft, Balanced Flywheel